Jumat, 04 Maret 2011

Paku Dan Kemarahan


Suatu ketika, ada seorang anak laki – laki yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak maka ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu memakukan sebuah paku dipagar belakang setiap kali dia marah.

Hari pertama anak itu telah memakukan 50 paku ke pagar setiap kali dia marah. Lalu secara bertahap jumlah itu berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar.

Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah.

Hari – hari berlalu dan anak laki – laki itu akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar. “Kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi lihatlah lubang – lubang dipagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. “Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan. Kata – katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini di hati orang lain.

Dan kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang. Lalu mencabut pisau itu. Tetapi tidak peduli beberapa kali kamu minta ma’af. Luka itu akan tetap ada. Dan luka karena kata – kata adalah lebih buruk dengan luka fisik.

Sekarang apakah sekarang kamu mau berkata – kata yang dapat melukai hati dan perasaan orang lain???

Akan lebih bijak jika pertanyaan itu kamu jawab dalam bentuk nyata bukan sekedar kata – kata / angan – angan.

Hai Nabi, katakanlah kepada tawanan-tawanan yang ada di tanganmu:"JIKA ALLAH MENGETAHUI ADA KEBAIKAN DALAM HATIMU, NISCAYA DIA AKAN MEMBERIKAN KEPADAMU YANG LEBIH BAIK DARI APA YANG TELAH DIAMBIL DARIPADAMU dan Dia akan mengampuni kamu". Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Anfaal, 8:70)

0 Comment:

Posting Komentar

News